Perencanaan dan Manajemen Ritel
Ritel secara umum sering
diartikan salah oleh masyarakat, ketika mereka mendengar kata ritel
disebutkan banyak orang yang berasumsi pada supermarket atau
hypermarket. Padahal pemahaman tersebut adalah salah karena pada
dasarnya ritel memiliki makna yang lebih luas.
Pengertian Ritel
Menurut
kamus, pengertian ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada
masyarakat. Sehingga, dari pengertian ini terlihat bahwa ritel bukan
sekedar kegiatan menjual barang nyata kepada konsumen. Namun aktivitas
memberikan pelayanan jasa, bisa juga disebut sebagai bagian dari
kegiatan ritel.
Pengertian ini diharapkan mampu mengubah persepsi
masyarakat tentang pemahaman kata ritel. Bahwa pengertian ritel
tersebut menunjukkan bahwa segala aktivitas yang terkait dengan
perdagangan barang dan jasa, merupakan bagian dari kegiatan ritel.
Ritel Berpotensi
Di
tengah era maju seperti sekarang ini, ada dua jenis bisnis ritel yang
sedang berkembang pesat. Peluang yang dimanfaatkan dari kedua jenis
ritel ini adalah melalui perkembangan teknologi informasi, serta dengan
memanfaatkan momentum perdagangan bebas.
Kedua jenis ritel tersebut adalah :
1. E-Marketing
Pengertian
ritel jenis ini adalah sebuah transaksi perdagangan yang memanfaatkan
jaringan internet. Pada sistem ini, antara penjual dan pembeli tidak
pernah bertemu secara langsung. Proses penawaran barang pun dilakukan
melalui transaksi jarak jauh dengan bantuan perangkat telekomunikasi
internet.
2. Mini Ritel
Mini
ritel ini sebenarnya merupakan cabang dari perusahaan ritel besar yang
mengembangkan strategi untuk masuk ke daerah-daerah yang lebih kecil.
Sebab, dalam undang-undang diatur bahwa perusahaan ritel besar dilarang
untuk beroperasi di daerah seperti kecamatan atau pedesaan.
Oleh
karenanya, mereka membuka mini ritel ini untuk menyiasati aturan
tersebut. Caranya dengan membuka gerai yang besarnya seperti toko
kelontong, namun dengan sistem dan standar sebagaimana perusahaan
induknya.
Sistem ini pun banyak ditawarkan dengan konsep
waralaba. Sehingga masyarakat luas memiliki kesempatan untuk membuka
usaha ritel tersebut di wilayah yang diinginkan. Termasuk dengan membuka
usaha yang berdekatan dengan pasar tradisional atau juga wilayah
pemukiman.
Proses Perencanaan dan Manajemen Ritel
Industri
ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan
dunia usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Ritel adalah keseluruhan
aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan
kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi
maupun keluarga.
Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.
Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang dagangan, dan manajemen toko.
Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.
Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang dagangan, dan manajemen toko.
Pengertian Manajemen Ritel
Manajemen ritel adalah pengaturan keseluruhan faktor-faktor yang ebrpengaruh dalam proses perdagangan ritel,yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen.
Klasifikasi Ritel
1. Klasifikasi deskriptif
Pasar ritel dibagi menjadi 2 tipe yaitu berdasarkan :
a. tipe kepemilikan (type of ownership)
b. tipe keragaman barang yang dijual(type of merchandise carried)
2. Klasifikasi strategic
Pasar retel dibedakan berdasarkan strategi yang digunakan,yaitu :
a. margin/turnover strategy
b.retail price and service strategy
c. strategic group classification
d. gross margin – merchandise type classification
3. Klasifikasi tingkat pelayanan
Dibagi menajadi :
a. penjualan eceran swalayan
b. penjualan eceran dengan memilih dendiri
Contoh : toko baju dipasar
c. penjualan eceran dengan penjualan terbatas
Contoh : toko elektronik
d. penjualan eceran dengan pelayanan penuh
Contoh : toko perhiasan,butik
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bisnis ritel adalah 4P yaitu Place,Price,Produck dan Promotion
Oleh karena itu sebelum memulia bisnis ini hendaknya kita harus sudah memahaminya dengan benar untuk memperkecil resiko kerugian.
Oleh karena itu sebelum memulia bisnis ini hendaknya kita harus sudah memahaminya dengan benar untuk memperkecil resiko kerugian.
Strategi Saluran Pemasaran Ritel
Strategi
pemasaran ritel adalah pemasaran yang mengacu kepada variabel, dimana
pedagang eceran dapat mengkombinasikan menjadi jalan alternatif sebagai
suatu strategi pemasaran untuk dapat menarik konsumen. Variabel tersebut
umumnya meliputi faktor seperti : variasi barang dagangan dan jasa yang
ditawarkan, harga, iklan, promosi, dan tata ruang, desain store, lokasi
store dan merchanding (Retail marketing management, 2003). Untuk
menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan dan keunggulan dalam bisnis
eceran yang semakin kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut harus
berupaya menerapkan strategi berupa program bauran penjualan eceran yang
diharapkan memunculkan minat konsumen.
Komponen produk, harga,
tempat, dan promosi atau lebih dikenal dengan 4P (product, price, place,
and promotion) dengan menitikberatkan perhatian yang berbeda-beda pada
keempat variabel tersebut karena tergantung kepada sipembuat keputusan
pemasarannya untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang cenderung
berubah-ubah yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan
mencapai tujuan perusahaan, dimana konsep tersebut berlaku bagi bisnis
eceran dengan penekanan pda faktor yang berlainan (McCarthy, 1993)
Prinsip dasar pada ritel modern yang terdiri dari 4 P:
a. Product (Produk)
Produk
menurut Kotler and Armstrong (2001) adalah segala sesuatu yang
ditawarkan kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau
dikomsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter
(1996), keunggulan suatu produk agar dapat diterima dan bertahan
dipasar ditentukan oleh ciri khas atau keunikan produk tersebut
dibandingkan dengan produk yang lain yang ada dipasar (Porter, 1996)
b. Price (Harga)
Strategi
dalam penetapan harga bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya :
Harga bundling, harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost
plus, harga berorientasi pasar, harga premium, harga psikologis, harga
dinamis (Kotler and Armstrong, 2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar
pertimbangan dalam penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel yaitu
konsumen, dirinya sendiri, dan pesaing.
Menurut Ma’ruf (2005) , impementasi strategi harga antara lain :
Menurut Ma’ruf (2005) , impementasi strategi harga antara lain :
-
Penetapan harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan
harga yang ditetapkan secara variatif sesuai fluktuasi tingkat
permintaan konsumen.
- Penetapan harga ganjil, seperti Rp. 99.000, Rp. 199.000, Rp. 749.000
- Leader pricing, penetapan harga dimana profit marginnya lebih rendah daripada tingkat yang biasa diraih bertujuan untuk menarik konsumen yang lebih banyak.
- Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per itemnya.
- Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.
c. Promotion (Promosi)- Penetapan harga ganjil, seperti Rp. 99.000, Rp. 199.000, Rp. 749.000
- Leader pricing, penetapan harga dimana profit marginnya lebih rendah daripada tingkat yang biasa diraih bertujuan untuk menarik konsumen yang lebih banyak.
- Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per itemnya.
- Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.
Menurut
Philip Kotler (1997, p.153) proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh
rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi
periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), hubungan
masyarakat (public relation) dan publisitas(publicity), promosi
penjualan (sales promotion), dan pemasaran langsung (direct marketing)
adalah bagian dari rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang
dapat dikontrol oleh perusahaan.
Menurut Schoell (1993, p.424), Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, dan meyakinkan.
Menurut Schoell (1993, p.424), Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, dan meyakinkan.
d. Place (Lokasi)
Saluran
pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang
terlibat dalam proses menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau
dikomsumsi (Kotler, 2002). Menurut Losch, Lokasi penjualan sangat
berpengaruh lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen
yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin
malas membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual
semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada
dipasar atau dekat dengan pasar.
Lokasi adalah faktor terpenting dalam pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama dengan pramuniaga yang sama terampilnya dan mempunyai citra toko yang bagus.
Startegi pemasaran yang baik juga harus didukung dengan kualitas pelayan yang baik. Menurut Christopher H. Lovelock et.al (1996) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan bentuk pelayanan yang harus disesuaikan dengan harapan dan kepuasan konsumen didalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Salah satu cara perusahaan untuk tetap dapat unggul bersaing dengan memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut kemulut serta promosi yang dilakukan kemudian dibandingkannya. Menurut Payne (2000) membentuk model kualitas pelayanan yang menyoroti syarat-syarat utama memberikan kuliatas pelayanan diantaranya adalah :
- Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi management
- Kesenjangan antara persepsi management terhadap harapan konsumen dengan spesifikasi terhadap kualitas pelayanan.
- Kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan.
- Kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dan pelayanan yang diharapkan.
Menurut Zeithaml and Bitner (2003), kualitas pelayanan mencerminkan evaluasi persepsi konsumen tentang elemen-elemen jasa (kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, dan kualitas hasil), kemudian elemen-elemen jasa akan dievaluasi berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang spesifik, antara lain : kehandalan, daya tangkap, jaminan, kemudahan dalam melakukan hubungan, dan bukti langsung.
Lokasi adalah faktor terpenting dalam pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama dengan pramuniaga yang sama terampilnya dan mempunyai citra toko yang bagus.
Startegi pemasaran yang baik juga harus didukung dengan kualitas pelayan yang baik. Menurut Christopher H. Lovelock et.al (1996) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan bentuk pelayanan yang harus disesuaikan dengan harapan dan kepuasan konsumen didalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Salah satu cara perusahaan untuk tetap dapat unggul bersaing dengan memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut kemulut serta promosi yang dilakukan kemudian dibandingkannya. Menurut Payne (2000) membentuk model kualitas pelayanan yang menyoroti syarat-syarat utama memberikan kuliatas pelayanan diantaranya adalah :
- Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi management
- Kesenjangan antara persepsi management terhadap harapan konsumen dengan spesifikasi terhadap kualitas pelayanan.
- Kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan.
- Kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dan pelayanan yang diharapkan.
Menurut Zeithaml and Bitner (2003), kualitas pelayanan mencerminkan evaluasi persepsi konsumen tentang elemen-elemen jasa (kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, dan kualitas hasil), kemudian elemen-elemen jasa akan dievaluasi berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang spesifik, antara lain : kehandalan, daya tangkap, jaminan, kemudahan dalam melakukan hubungan, dan bukti langsung.
Sumber : http://lieswardany.blogspot.com/2011/02/pendahuluan- tentang-ritel.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar